lebih tepatnya sih bukan belum bisa, tapi belum diizinkan kata dosen saya
Pengertian
Model Pembelajaran Inductive Thinking
Kamus Besar Bahasa
Indonesia dalam Fajri (2010) (http://vhajrie27.wordpress.com/2010/01/20/inductive-thinking-what-is-that/)
berpikir merupakan bentuk kata yang
berasal dari kata dasar pikir yang berarti akal, budi, ingatan, angan-angan,
kata dalam hati, pendapat (pertimbangan).
Proses berpikir merupakan suatu proses terjadi dalam otak
seseorang yang dimana proses tersebut diharapkan menghasilkan sesuatu yang
memang belum ada maupun merupakan suatu bentuk inovasi atau pembaruan dari hal
yang telah ada.
Dzaki (2009) (http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pembelajaran-induktif-struktur.html) model pembelajaran induktif adalah
sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu
siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan
berpikir kritis.
Dalam kaitannya pada proses pembelajaran di satuan
pendidikan dasar di Indonesia, model
berpikir induktif cenderung lebih mudah digunakan pada materi pembelajaran yang
masih bersifat konseptual. Ha ini dapat dilihat pada pola dan karakteristik
pembelajaran yang merupakan kategori berpikir induktif ini. Namun, tidak
menutup kemungkinan aktivitas yang dikembangkan dalam proses pembelajaran akan
melibatkan unsur psikomotorik dari peserta didik.
Hakikat
Model Pembelajaran Inductive Learning
Taba dalam Purwanto
(2012) (http://herydotus.wordpress.com/2012/03/08/model-pembelajaran-inductive-thinking/) model
pembelajaran berpikir induktif sebenarnya merupakan pembawaan sejak lahir dan
keberadaannya sudah absah. Ia hadir sebagai suatu revolusioner, mengingat
sekolah-sekolah saat ini telah memutuskan untuk mengajar dalam corak yang tidak
absah dan sering merongrong kapasitas bawaan sejak lahir.
Uno dalam Purwanto (2012)
(http://herydotus.wordpress.com/2012/03/08/model-pembelajaran-inductive-thinking/) model
pembelajaran berpikir induktif ini merupakan karya besar Hida Taba. Model
pembelajaran berpikir induktif merupakan suatu strategi mengajar yang di
kembangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengolah informasi.
Secara singkat model
ini merupakan strategi mengajar untuk mengembangkan strategi berpikir siswa. Model
ini di kembangkan atas dasar beberapa postulat sebagai berikut:
1. Kemampuan
berpikir dapat di ajarkan.
2. Berpikir
merupakan suatu transaksi aktif individu dengan data. Artinya penataan kelas,
bahan ajar merupakan sarana bagi siswa untuk mengembangkan operasi kognitif
tertentu.
3. Proses
berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang berurutan. Artinya, agar dapat
menguasai keterampilan berpikir tertentu, prasyarat tertentu harus di kuasai
terlebih dahulu dan urutan tahapan ini tidak bisa di balik.
Baharudin
dalam Purwanto (2012) (http://herydotus.wordpress.com/2012/03/08/model-pembelajaran-inductive-thinking/) model
pembelajaran induktif merupakan cara yang tepat untuk membantu siswa untuk
mendapatkan sebuah informasi penting. Salah satu hal yang perlu dipahami
seorang guru berkaitan dengan proses belajar siswanya adalah kompetensi kognitif,
kapasitas siswa untuk berpikir abstrak dan strategi mnemonik mereka.
Karakteristik
Model Pembelajaraan Inductive Thinking
Fajri (2010) (http://vhajrie27.wordpress.com/2010/01/20/inductive-thinking-what-is-that/)
model berpikir induktif meyakini
bahwa siswa sebagai peserta didik merupakan konseptor ilmiah. Setiap saat
seseorang selalu berusaha untuk melakukan suatu konseptualisasi dalam hal
apapun, proses berpikir induktif diperlukan. Model berpikir induktif mempunyai
beberapa karakteristik utama antara lain;
1. Fokus
Fokus membantu peserta didik untuk
berkonsentrasi pada satu ranah/kemampuan berpikir (bidang penelitian) yang
dapat mereka kuasai, tanpa mengecilkan keinginan dalam hati mereka yang jelas
membuatnya tidak bisa menggunakan seluruh kemampuan untuk menghasilkan suatu
gagasan yang luar biasa.
Hal utama yang perlu dilakukan
adalah menyajikan seperangkat data yang menyediakan informasi terhadap suatu
cakupan mata pelajaran tertentu dengan meminta peserta didik mempelajari sifat-sifat
objek dalam perangkat yang disajikan tersebut.
Dengan fokus terhadap suatu kajian
tertentu yang familiar di telinga dan mata peserta didik hal ini
diharapkan dapat mendukung dan mencapai proses pembelajaran yang optimal
sebagaimana tujuan yang akan dicapai pada standar isi (Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar).
2. Pengawasan/kontrol konseptual
Membantu siswa mengembangkan
kemampuan konseptual terhadap satu ranah/bidang kajian tertentu. Dalam hal ini
sebagai contoh yaitu siswa disajikan tentang berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan kegiatan ekonomi di Indonesia, siswa akan mengklasifikasikan berbagai
kegiatan ekonomi tersebut dalam suatu kelompok/jenis seperti kegiatan produksi,
konsumsi, dan distribusi.
Melalui pengetahuan awal peserta
didik akan lebih mudah mengembangkan pemahaman dan karakteristik kegiatan
ekonomi di Indonesia seperti produsen-produsen yang menghasilkan suatu produk
makanan ringan dengan merk tertentu, maupun contoh-contoh praktek penjualan
yang bukan hanya barang saja yang dapat didistribusikan sebagai objek jual,
namun jasa juga dapat dijual pada proses jual-beli sebagai implementasi pada
proses distribusi objek tertentu.
Hal ini akan melatih peserta didik
untuk memudahkan proses klasifikasi dan kategorisasi dalam membedakan dan
memahami karakter produksi, konsumsi, dan distribusi sekalipun dengan banyaknya
objek yang disajikan pada proses pembelajaran di tiap awal pertemuan
(apersepsi).
3. Mengkonversi pemahaman konseptual
menjadi ketrampilan
Dalam hal proses membangun pemahaman
secara konseptual pada proses klasifikasi secara abstrak, peserta didik tanpa
disadari tentunya akan melakukan suatu aktifitas yang melibatkan unsur motorik
dan tentunya kognitif mereka.
Melalui proses kategorisasi dan
pengelompokan ini, peserta didik akan menggunakan tangannya untuk menulis dan
memikirkan jenis pengelompokan yang digunakan untuk membedakan mana yang
termasuk kegiatan produksi, kegiatan distribusi, dan mana yang termasuk
kegiatan konsumsi.
Namun bila dilihat secara global hal
ini bukanlah sesuatu yang sulit bagi seorang peserta didik sesederhana apapun
materi pokok yang dipelajari bila tanpa adanya keterlibatan dari peserta didik
dirasakan akan kurang optimal sebagaimana prinsip yang dikembangkan para
pemikir konstruktivisme.
Tahapan Model Pembelajaran Inductive
Thinking
Tahap – tahap model induktif
meliputi empat aspek antara lain dalam Fajri (2010) (http://vhajrie27.wordpress.com/2010/01/20/inductive-thinking-what-is-that/);
1. Mengidentifikasi dan penghitungan
data yang relevan dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari;
2. Mengelompokkan objek-objek data
menjadi kategori yang anggotanya bersifat umum;
3. Menafsirkan data dan mengembangkan
label untuk kategori sebelumnya (point 2) sehingga data dapat dimanipulasi
secara simbolis;
4. Mengubah kategori-kategori menjadi
ketrampilan/hipotes.
Implementasi Model Pembelajaran
Inductive Thinking pada Pembelajaran Pkn di SD
Di antara sekian banyak model dan
strategi serta metode pembelajaran yang pernah ada dan dikupas banyak ahli
pendidikan, satu diantaranya adalah model pembelajaran berpikir induktif (learning
inductively). Pembelajaran secara induktif banyak digunakan dan
diimplementasikan pada pola pembelajaran secara individual, merupakan kelompok
model pembelajaran yang memproses informasi, Bruce, et.
al. dalam Fajri (2010)
(http://vhajrie27.wordpress.com/2010/01/20/inductive-thinking-what-is-that/).
Implementasi metode pembelajaran
pemrosesan informasi dengan teknik induktive thinking dapat
diimplementasikan pada beberapa materi pembelajaran yang tentunya sesuai dengan
karakteristik yang ada.
Berikut implementasi model
pembelajaran inductive thinking pada
pembelajaran Pkn di SD;
1. Mengidentifikasi dan penghitungan
data yang relevan dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari;
Dalam mengimplementasikan inductive thinking dalam mata pelajaran,
yang pertama kita lakukan adalah mencari materi pembelajaran pkn yang cocok
dengan menggunakan model pembelajaran inductive
thinking.
Lalu cari data – data yang ada dalam
materi yeng berhubungan dengan model pembelajaran inductive thinking dan juga
materi pembelajaran pkn.
2. Mengelompokkan objek-objek data
menjadi kategori yang anggotanya bersifat umum;
Mengelompokkan data khusus yang terdapat
materi pkn menjadi data yang bersifat umum, dalam tahap ini diperlukan
ilustrasi – ilustrasi yang dimengerti oleh peserta didik.
3. Menafsirkan data dan mengembangkan
label untuk kategori sebelumnya (point 2) sehingga data dapat dimanipulasi
secara simbolis;
Menafsirkan data – data umum
tersebut sehingga dapat dimengerti secara nyata oleh peserta didik. Menafsirkan
data – data umum tersebut bisa dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab
kepada peserta didik.
4. Mengubah kategori-kategori menjadi
keterampilan/hipotes.
Data – data umum yang sudah
ditafsirkan, dijelaskan kepada peserta didik dan dipelajari lebih lanjut
menjadi pengetahuan (pemrosesan informasi.
Kelebihan dan Kelemahan Model
Pembelajaran Inductive Thinking
Beberapa hal yang kontras namun
perlu diketahui adalah apapun jenis metode yang digunakan pastinya akan ada
kelebihan dan kekurangan ketika diimplementasikan pada proses pembelajaran yang
berlangsung, Restiana (2009) (http://restianarendi.wordpress.com/2009/12/05/model-belajar-induktif/) menyatakan kelebihan dan kekurangan dari model
berpikir induktif ini, antara lain;
o
Kelebihan
Model Pembelajaran Induktif
1. Pada model pembelajaran induktif
guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan
ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, sehingga siswa
mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Ketika siswa telah mempunyai
gambaran umum tentang materi pembelajaran, guru membimbing siswa untuk
menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tersebut
sehingga pemerataan pemahaman siswa lebih luas dengan adanya
pertanyaan-pertanyaan antara siswa dengan guru.
3. Model pembelajaran induktif menjadi
sangat efektif untuk memicu keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal proses
belajar karena proses tanya jawab tersebut.
o
Kelemahan
Model Pembelajaran Induktif
1. Model ini membutuhkan guru yang
terampil dalam bertanya (questioning)
sehingga kesuksesan pembelajaran hampir sepenuhnya ditentukan kemampuan guru
dalam memberikan ilustrasi-ilustrasi.
2. Tingkat keefektifan model pembelajaran
induktif ini, sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan
mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk
membuat siswa berpikir.
3. Model pembelajaran ini sangat
tergantung pada lingkungan eksternal, guru harus bisa menciptakan kondisi dan
situasi belajar yang kondusif agar siswa merasa aman dan tak malu/takut
mengeluarkan pendapatnya. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, maka tujuan
pembelajaran tidak akan tercapai secara sempurna.
4. Saat pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan model pembelajaran induktif, guru harus telah menyiapkan
perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas dan mengobarkan
semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang
diberikan, melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan
metode ini maka kemandirian siswa tidak dapat berkembang optimal.
5. Guru harus menjaga siswa agar
perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang diberikan, sehingga peran guru
sangat vital dalam mengontrol proses belajar siswa.
6. Kesuksesan proses belajar mengajar
dengan menggunakan model pembelajaran induktif bergantung pada contoh-contoh
atau ilustrasi yang digunakan oleh guru.
7. Pembelajaran tidak dapat berjalan
bila guru dan muridnya tidak suka membaca, sehingga tidak mempunyai pilihan
dalam proses induktif.
Kesimpulan
Dzaki (2009) (http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pembelajaran-induktif-struktur.html) model pembelajaran induktif adalah
sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu
siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan
berpikir kritis.
Keterampilan tingkat tinggi dan berpikir kritis diasah
melalui ilustrasi – ilustrasi yang diberikan oleh guru sehingga memunculkan
motivasi peserta didik dalam mengungkapkan pendapatnya, sehingga pemrosesan
informasi dalam pembelajaran inductive thinking didapat dari tanya jawab guru
dan peserta didik.
Jika dilihat dari sumber yang saya dapat kelemahan model
pembelajaran inductive thinking lebih banyak daripada kelebihannya. Menurut
saya, apabila seorang guru yang mengimplementasikan model pembelajaran ini
dapat mensiasati kelemahan – kelemahan tersebut, tidak hanya tujuan yang akan
tercapai namun karakter peserta didik akan diperbaiki karena model pembelajaran
ini membangun karaakter peserta didik yang aktif, berani, dan berwawasan
luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar